Tuesday 10 January 2017

Perjalanan TEAM Kargo Haji 2010 Ke GUA Hira Mekkah Tempat Nabi Muhammad S.A.W Terima Wahyu Pertama.

 Disebelah utara Masjidil Haram kurang lebih 6 km, terdapat sebuah gunung yang dikenal dengan nama Jabal Nur. Tinggi puncak Jabal Nur kira-kira 200 meter, di sekelilingnya terdapat sejumlah gunung, batu bukit dan jurang. Sekitar 5 meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil. Itulah yang disebut Gua Hira, di mana Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu pertamanya.

Letak Gua Hira di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit. Panjang gua tersebut sekitar 3 meter dengan lebar sekitar 1.5 meter, dan ketinggian sekitar 2 meter setinggi orang berdiri. Dengan luas dimensi seperti itu, gua ini hanya cukup digunakan untuk shalat dua orang. Di bagian kanan gua terdapat teras dari batu yang hanya cukup digunakan untuk shalat dalam keadaan duduk dan terdapat lubang kecil yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah.

Untuk menuju puncak gunung, seseorang rata-rata memerlukan waktu selama 1 jam bahkan lebih. Medannya cukup sulit karena tidak ada tangga. Para peziarah harus mendaki melewati batu-batu terjal. Jalan bertangga hanya ditemukan setelah tiga perempat perjalanan. Namun menjelang puncak gunung, medannya sedikit ringan, peziarah bisa mendaki dengan santai.

Begitu tiba di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping kiri tulisan tersebut.

Jabal Nur dan Gua Hira ini sangat penting dalam sejarah Islam karena di gua inilah Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama yaitu surat Al'Alaq dari ayat 1 sampai 5. Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M—menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra—kala Muhammad tengah khusyuk bertafakur, ia menerima wahyu pertama yang disampaikan oleh Malaikat Jibril.

“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq: 1-5).

Saat itu pula Nabi Muhammad SAW resmi dilantik sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Saat menerima penobatan sebagai Nabi ini, usia Rasulullah SAW sekitar 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut kalender Qamariyah

Dengan kondisi seperti itu, Gua Hira merupakan tempat yang ideal di Makkah bagi Nabi Muhammad SAW untuk bertahannuts. Suasananya tenang, dan jauh dari keriuhan kota Makkah kala itu. Dan tentu saja, Rasulullah SAW telah mempertimbangkan dengan matang pemilihan gua ini sebagai tempatnya 'mencari' Tuhan.

Beliau juga telah memperbincangkan tempat itu dengan istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Oleh sebab itu, terkadang di malam yang pekat, Khadijah beberapa kali mengunjungi Nabi Muhammad SAW. Dapat dibayangkan bagaimana beratnya medan yang ditempuh Khadijah Al-Kubra saat itu, ketika mengunjungi suaminya di Gua Hira.

Bagi sebagian kaum Muslimin, perjalanan ibadah haji dan umroh bukan hanya sekedar menyempurnakan prosesi atau ritual sebagaimana diwajibkan atau disunnahkan syariat, tapi juga sebuah wisata religius. Salah satunya adalah dengan melakukan ziarah. Dan salah satu tempat ziarah yang paling diburu para jamaah haji atau mereka yang berumrah adalah Gua Hira yang terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya).
 Perjalanan mengambil masa 1 jam dari kaki gunung
Sebelum Mendaki Terdapat Beberapa Kedai (Dari Kanan Joe,Hj Firdaus dan Roslan)
 Jemaah Berehat sebelum Meneruskan Perjalanan
 Setiap Pagi Jalan Menuju Ke Gua Penuh Jemaah Terutama Hari Jumaat Pagi
 Pertengahan Gunung Lagi 295 Meter Baru Sampai Ke Gua
 Heheh..Sempat Saya Post Gambar Kat Sini
 Sebelah Kiri Sahabat Saya Hj Jaffar dari Tawau dan Haji Sukri dari Kota Baru Kelantan
 Lagi 115 Meter Nak Sampai Ke GUA
 Rehat Sebentar Sebelum Meneruskan Perjalanan
 Kehidupan Quraish yang dipenuhi penyembahan kepada berhala dan cenderung mementingkan urusan nafsu dunia dan syahwat, membuat nabi menghindar dari pergaulan kaumnya. Sebagaimana menjadi kebiasaan para pemikir Quraish yang sering menghabiskan waktunya menyendiri untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka, berdoa mengharapkan diberi karunia dan pengetahuan, nabi Muhammad menjelang usia 40 tahun sering melakukan hal serupa. Beliau bertahanus menjauhkan diri dari pengaruh buruk pemujaan berhala di goa Hira yang terdapat di gugusan jabal Nur.
Tahannus atau tahannuf menurut Muhammad Husain Haekal berarti cenderung kepada kebenaran, meninggalkan berhala dan beribadat kepada Allah. Selama masa tahannus nabi Muhammad menjalankan syariat yang diajarkan oleh nabi Ibrahim. Beliau beribadah kepada Allah yang esa, merenungkan segala fenomena hidup yang terjadi di kaumnya sambil memohon petunjuk untuk dibimbing ke jalan yang lurus sebagaimana orang-orang saleh terdahulu ditunjukan kepada jalan lurus yang diridhai oleh Allah swt.
Pada bulan Ramadhan yang mulia, beliau melakukan tahannus lebih giat dibandingkan bulan-bulan lainnya. Perenungan beliau semakin lama semakin mendalam mencari makna kehidupan yang sesungguhnya. Suatu malam pada tanggal 17 Ramadhan 41 tahun setelah Aamul fiil bertepatan dengan tahun 610 M, nabi Muhammad yang sedang bertahanus di goa Hira didatangi malaikat Jibril yang membawa wahyu dari langit. Jibril berkata    ( اقرأ ) “Bacalah!” dalam ketakutan nabi menjawab ( ماأنابقارئ ) “Aku tidak bisa membaca”. Kemudian malaikat Jibril memeluk badan nabi dengan erat dan mengulangi ucapannya “Bacalah!” namun nabi masih tetap menjawab “Aku tidak bisa membaca”.
Hal ini terjadi sampai tiga kali, kemudian Jibril membacakan 5 ayat pertama surat Al-Alaq ini kepada nabi.
إِقْرَاْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ,  خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقَ.  إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ.  الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ (العلق 1-5)
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu maha mulia. Yang mengajarkan manusia dengan pena. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui” (QS. Al-Alaq : 1-5)
Surat Al-Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah swt kepada Muhammad saw dan menjadi pertanda kerasulan beliau. Oleh karena itu mulai saat mendapatkan wahyu sampai akhir zaman nabi Muhammad saw telah diangkat oleh Allah swt sebagai nabi terakhir dan rasul penutup yang mengemban tugas penyebarkan agama Allah kepada seluruh umat manusia.
Setelah bertemu dengan Malaikat Jibril di goa Hira, nabi bergegas pulang ke rumahnya dan menceritakan pengalaman rohaninya kepada istri tercinta Sayyidah Khadijah. Mendengar penuturan suaminya, Khadijah langsung pecaya bahwa apa yang dialami suaminya adalah sebuah kebenaran, namun dia sebagai manusia awan tidak dapat memahami apa arti dari peristiwa itu.
Khadijah mengajak nabi berkunjung ke rumah anak pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah dianggap sebagai orang yang tepat untuk membuka tabir rahasia yang tersimpan dalam kisah nabi dan malaikan Jibril di goa Hira karena dia adalah seorang pendeta Nasrani yang memahami Injil bahkan sempat menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Di rumah pendeta Waraqah, Khadijah menceritakan peristiwa yang terjadi pada suaminya. Waraqah mencermati setiap kata yang terlontar dari putri pamannya tersebut sambil mengingat-ingat beberapa penggal wahyu yang dihapalnya dari kitab Injil. Setelah memahami betul cerita khadijah tentang pengalaman Muhammad, Waraqah berseru dengan penuh keyakinan, “Maha Quddus Ia, Maha Quddus. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah dia telah menerima rahasiah besar seperti yang diterima oleh Musa as. Dan sungguh dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap tabah.”
Sepulang dari rumah pendeta Waraqah, nabi Muhammad dan sayyidah Khadijah menjadi lebih tenang. Mereka percaya sepenuhnya kepada ungkapan Waraqah bahwasanya surat Al-Alaq ayat 1-5 yang diterima nabi dari malaikat Jibril merupakan wahyu Allah yang menjadi tanda kerasulan Muhammad saw.
Waktu terus bergulir, namun malaikat Jibril belum juga mendatangi nabi kembali. Hal ini membuat nabi cemas dan ragu tentang keberadaannya sebagai seorang utusan Allah swt. Beliau mengusir keraguannya dengan menggiatkan diri bertahanus di goa Hira. Setelah beberapa kali bertahanus kembali di goa Hira, beliau mendengar mendengar suara dari arah langit. Suara itu membuat nabi menggigil ketakutan. Beliau pun pulang ke rumah dan meminta sayyidah Khadijah menyelimutinya.
Dalam keadaan berselimut karena perasaan takut setelah mendengar suara dari langit, Malaikat Jibril mendatangi Rasul dengan membawa wahyu yang kedua, surat Al-Muddatsir ayat 1-7.
يَاآيُّهَا المُدَّثِّرْ.  قُمْ فَأَنْذِرْ.  وَرَبُّكَ فَكَبِّرْ.  وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ.  وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ.  وَلاَتَمْنُنْ تَشْتَكْثِرْ.  وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ (المدثر 1-7)
“Hai orang yang berselimut! Bangunlah dan berilah peringatan. Dan agungkanlah Tuhanmu. Dan sucikanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala yang keji. Dalam memberi janganlah mengharapkan imbalan yang lebih banyak. Tetapi, demi Tuhanmu sabar dan tabahlah.”
Wahyu kedua ini menjadi sebuah jawaban yang mantap bagi keraguaan nabi sekaligus pesan yang jelas bahwa sebagai seorang utusan Allah swt nabi Muhammad harus segera menyeru umatnya menuju jalan keselamatan yaitu agaman Islam yang diridhai Allah penguasa semesta alam.
 Ini Hj Din Dan Jaffar
 Hj Nasir Sempat Ambil Gambar Untuk Kenangan Yg Terindah Dalam Hidupnya
 Hj Nasir dari Shah Alam Selangor walaupun dah berumur Kelihatan Tenang Bila Mendaki Gunung.
 Ini lah Gua Hira, Di Belakang Saya Mekkah..Jika nak berdoa Hadaplah Muka Ke Mekkah.
 Nampak Menara Jam Mekkah
 Hj Sukri Rasa Lega Bila Dapat Turun
 Inilah Menara Jam Mekah Dapat Di Lihat Dari Gua Hira
Teksi Sentiasa Menti Para Pelancong Yang Datang.

No comments:

Kalmar Reach Stacker Model DRT450 Accident

KG Batu Malim, #raub #pahang #malaysia